Kita seringkali seperti dua anak kecil yang berselisih paham. Kita sering berseteru, bermusuhan, dan tidak pernah akur dalam banyak hal, dalam banyak situasi. Sayangnya, kita sering pula nggak tidak mau mengalah, tak mau memahami, tak mau mengerti, dan tak mau mendengarkan "suara" orang lain. Kita sering berpatokan pada diri sendiri dan menganggap semua pendapat kita adalah benar adanya.
Memang, nggak ada kata keliru untuk berbeda pendapat. Nggak ada yang salah dengan keragaman. Namun, agaknya kita harus lebih sering untuk bersatu dalam beberapa saat. Kita harus lebih sering untuk mau mengerti, mau memahami, dan mau mendengarkan orang lain. Kita harus lebih sering untuk mau "mengintip" ruangan lain, sebelum kita mulai "menyebutkan warna".
Kadang, kita terlalu tinggi hati untuk mengakui kebenaran orang lain. Kita enggan untuk menyetujui pendapat mereka. Bukan karena pendapat mereka yang salah, tetapi karena kita tidak mau merasa dikalahkan. Kita sering terpesona dengan rasa picik dan tak suka jika ada orang yang lebih baik. Kita memilih untuk tetap berpatokan pada diri sendiri dan membenarkan semua langkah yang kita perbuat.
Kebenaran akan selalu ada jika kita memandang dengan cara yang berbeda, persepsi yang berbeda, dan sudut pandang yang berbeda. Sebab, tak akan ada kebenaran yang hakiki, kecuali milik Illahi Rabbi.
Jadi, cobalah untuk memahami persepsi orang lain sebelum kita berselisih paham.
*Diambil dari buku "Kekuatan Cinta" oleh Irfan Toni Herlambang
Kebenaran akan selalu ada jika kita memandang dengan cara yang berbeda, persepsi yang berbeda, dan sudut pandang yang berbeda. Sebab, tak akan ada kebenaran yang hakiki, kecuali milik Illahi Rabbi.
Jadi, cobalah untuk memahami persepsi orang lain sebelum kita berselisih paham.
*Diambil dari buku "Kekuatan Cinta" oleh Irfan Toni Herlambang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar