Kamis, 30 September 2010

FALL

dulu..
dulu..
dulu..

sekarang bukan dulu..
dulu masih bisa berharap seperti sekarang..
sekarang tak bisa berharap akan seperti dulu..

===================================================================================

Mungkin terlalu berlebihan bagi orang lain. Tapi, waktu selama itu aku rasa udah cukup untuk sangat sangat mempengaruhi hidup aku. Dan sekarang, kebodohan itu terulang lagi. Bedanya hanya sekarang aku nggak tau siapa dia. Dan yang aku tau, dia senang.

Terimakasih untuk semua kenangan itu. Terimakasih untuk semua perhatian anda..

Kamis, 23 September 2010

DUA EKOR SINGA

Setiap diri kita punya dua ekor ‘singa’ yang selalu bersaing. Keduanya selalu berusaha untuk saling menjatuhkan. Mereka berusaha untuk menjadi pemimpin bagi yang lainnya. Pertarungan di antara mereka tak pernah tuntas karena selalu saja terjadi pergiliran kemenangan. Kalah-menang dalam persaingan itu layaknya mata koin yang selalu berganti-ganti. Dan kita sering dibuat bingung, sebab kedua kekuatan baik-buruk ini terlihat sama kuatnya.

Tapi, siapakah pemenangnya saat ini dalam diri kita? Singa yang kokoh dengan bulu yang teratur ataukah singa yang berbulu koyak dan menakutkan? Lalu, singa macam apa yang kini sedang menguasai kita? “Singa” yang optimis, pantang menyerah, tekun, sabar, damai, rendah hati, dan toleran; ataukah “singa” yang pesimistis, tertekan, mudah menyerah, sombong dan penuh dengki?

Kita sendirilah yang menentukan kemenangan bagi kedua singa-singa itu. Jika kita sering memberi “makan” pada singa yang damai tadi, maka imbalan kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Jika kita terbiasa untuk memupuk optimism dan pantang menyerah, maka “singa” keberhasilanlah yang akan kita peroleh. Namun sebaliknya, jika setiap saat kita memendam marah, menebar prasangka dan dengki, bersikap tak sabar dan mudah menyerah, maka akan jelaslah “singa” macam apa yang jadi pemenangnya.

Biarkan “singa-singa” penuh semangat hadir dalam jiwa kita. Rawatlah singa-singa itu dengan keluhuran budi, dan kebersihan nurani. Susunlah bulu-bulu kedamaiannya, cermati terus rahang persahabatannya. Perkuat punggung optimismenya, dan pertajam selalu kuku-kuku kesabaran miliknya. Biarkan singa ini yang jadi pemenang.

Namun, jangan biarkan “singa-singa” pemarah menguasai pikiran kita. Jangan pernah berikan kesempatan bagi kedengkian itu untuk membesar dan menjadi penghalang keberhasilan. Jangan biarkan rasa pesimis, jiwa yang gundah, tak sabar, dan rendah diri menjadi pemimpin bagi kita.

Imbalan yang kita peroleh adalah gambaran dari apa yang kita berikan hari ini. Lalu, singa mana yang akan kita beri makan hari ini?

*Dikutip dari buku “Kekuatan Cinta” , karangan Irfan Toni Herlambang

KEKUATAN CINTA

Burung tak pernah diajari untuk terbang dan ikan tak pernah belajar untuk berenang. Semuanya alami. Semua berasal dari naluri. Hal itu akan hadir pada setiap makhluk yang percaya akan kebesaran Allah. Hanya Allah lah yang memberikan kita kekuatan itu.

Cinta memberi kekuatan. Bahkan cinta adalah kekuatan itu sendiri. Cinta seorang ibu adalah naluri dan alami. Sesuatu yang hadir dalam jiwa-jiwa yang penuh rasa cinta. Setiap ibu, tak akan pernah diajari bagaimana mengasihi buah hatinya. Rasa itu akan hadir dengan sendirinya. Kita pun punya rasa itu. Asal kita mau menjalani semua garis-garis yang telah ditentukan-Nya.

*Dikutip dari buku “Kekuatan Cinta” , karangan Irfan Toni Herlambang

PASIR DAN BATU

Kesedihan dan kebahagiaan selalu hadir. Berselang-seling mewarnai panjangnya hidup ini. Keduanya pasti akan selalu tersimpan di memori pikiran dan hati kita. Namun, mampukah kita menuliskan setiap kesedihan di pasir agar angin keikhlasan membawanya pergi? Dan bisakah kita tegar melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan?

Cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yang mampu menghapusnya. Torehkan kenangan bahagia agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Insya Allah, dengan begitu kita akan selalu optimis dalam mengarungi panjangnya hidup ini.

*Dikutip dari buku “Kekuatan Cinta” , karangan Irfan Toni Herlambang

Minggu, 19 September 2010

LEBARAN RAME-RAME KE PANTAI PONDOK PERMAI

First time nih bisa jalan-jalan bareng temen-temen SMP An-Nizam dulu. Walaupun nggak semuanya bisa, dan nggak mungkin juga semuanya bisa.

Awalnya sih abis bukbers kmaren ternyata banyak yang pengen jalan-jalan ke manaaa gitu pas lebaran. Dan setelah dibicarain rame-rame walaupun cuma lewat message di facebook, akhirnya tercetuslah keinginan buat ke pantaaiiiiii.. Yihaaa... I love beach soooo much. Liat pantai tu rasanya adem aja gitu. Haha.. Padahal tau sendiri kan di pantai tu pasti panas kalii...

Nah, seperti kebiasaan aku kalo uda mau jalan-jalan, nggak pernah mau beres-beres malemnya. Aku lebih milih buat santai-santai. Tapi kalo masalah pakaian uda dipikirin duluan la. Haha..

Paginya, aku bangun lebih cepat dari biasanya kalo uda libur. Mungkin karena uda sering buat acara gitu, jadi aku ngerasa nggak tenang aja pas hari H nya. Pokoknya tu acara harus jadi. Nggak boleh nggak.

Jam 7 aku sms wita, si ketua panitia buat ngingetin si Julpi supaya siap-siap. Secara, kami nebeng mobil dia. Nggak lucu aja kan kalo kami uda siap semua, eh, si kawan malah belum bangun. Belum lagi kalo mobilnya kenapa-kenapa. It's a bis Noooooo..

Jam 10 janjian ngumpul di rumah Risa. Tapi yang namanya orang Indonesia ni nggak biasa kalo nggak ngaret. Alhasil jam 12an baru lah kami berangkat, tanpa si Wita yang tiba-tiba diare. Hadeuuuh... -____-

It's time to "susun gembuuuuung". Haha.. tu istilah si Miko. Berhubung mobil cuma 1 dan muatan cuma 8 orang, akhirnya mau nggak mau harus ada yang ngalah naek kereta. Aku, Risa, adeknya Risa, Ayu, Azhari, Limbonk, pacarnya limbonk, Zulfi ama pacarnya di mobil. Miko ma Asnan ngalah naek kereta. Padahal cuaca udah panas gilaaa..

Di jalan, kami nyinggah ke indomaret di sergei buat beli snack ama aqua 1 kotak. Trus nyinggah di satu kede nasi buat beli makan siang. Sambil nunggu Azhari ma Limbonk beli nasi, lalu lalang orang yang mau ke pantai nggak abis-abisnya. Ada yang segerombolan naek kereta, mobil, truk, sampek becak mesin. Uda sempet kalut juga tuh, uda hampir setengah 2 siang, gimana kalo nggak dapet pondok. Ok lah, positif thinking aja.

Akhirnya nyampek juga di persimpangan antara Pantai Gudang Garam ama Pantai Pondok Permai. Dan karena sebelah kanan tu biasanya lebih bagus, jadi kami lebih milih ke Pantai Pondok Permai yang ada di sebelah kanan. Apa coba???

Gile aja, uang masuknya per orang jadi 10ribu ditambah parkir 5ribu. Mau naek haji ni yang punya pante. Tapi ya udah lah, berhubung lagi lebaran juga dan jarang-jarang juga bisa gini, akhirnya kami pun langsung caaaww ke dalem.

Widiiih.. ga ada pondok yang kosong lagi. Semua penuuuh.. Alhasil kami pun ngeleseh di pasir pantai aja. Gratis lagii.. Hahaha.. *Teteeep.. nggak mau rugi.< Aku, Risa, adeknya Risa, ma Dita, pacarnya Julpi nggak ikut mandi-mandi. "Perlengkapan" nggak lengkap. Huhuuu... Nyesel nggak disiapin malemnya. Tapi nggak papa juga la, panas gila cuaca waktu itu. Photo session pun dimulaaaaaai.. yiha...








Sebelum pulang, mari poto lagiiiii.. 




 


Ok, photo session di pantai pun selesai. Lanjut dooong di photo session di parkiran pantai. Hahahaa...




 

Berhubung uda jam 5, akhirnya semuanya pun terhenti. Halaaah.. Kami pun langsung pulang. Nyampek rumah Risa, semuanya udah pada tepar. Dan berhubung saya udah dijeput, saya pun pulang duluan.

See you all on next trip guys..

^^