Kamis, 23 September 2010

DUA EKOR SINGA

Setiap diri kita punya dua ekor ‘singa’ yang selalu bersaing. Keduanya selalu berusaha untuk saling menjatuhkan. Mereka berusaha untuk menjadi pemimpin bagi yang lainnya. Pertarungan di antara mereka tak pernah tuntas karena selalu saja terjadi pergiliran kemenangan. Kalah-menang dalam persaingan itu layaknya mata koin yang selalu berganti-ganti. Dan kita sering dibuat bingung, sebab kedua kekuatan baik-buruk ini terlihat sama kuatnya.

Tapi, siapakah pemenangnya saat ini dalam diri kita? Singa yang kokoh dengan bulu yang teratur ataukah singa yang berbulu koyak dan menakutkan? Lalu, singa macam apa yang kini sedang menguasai kita? “Singa” yang optimis, pantang menyerah, tekun, sabar, damai, rendah hati, dan toleran; ataukah “singa” yang pesimistis, tertekan, mudah menyerah, sombong dan penuh dengki?

Kita sendirilah yang menentukan kemenangan bagi kedua singa-singa itu. Jika kita sering memberi “makan” pada singa yang damai tadi, maka imbalan kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Jika kita terbiasa untuk memupuk optimism dan pantang menyerah, maka “singa” keberhasilanlah yang akan kita peroleh. Namun sebaliknya, jika setiap saat kita memendam marah, menebar prasangka dan dengki, bersikap tak sabar dan mudah menyerah, maka akan jelaslah “singa” macam apa yang jadi pemenangnya.

Biarkan “singa-singa” penuh semangat hadir dalam jiwa kita. Rawatlah singa-singa itu dengan keluhuran budi, dan kebersihan nurani. Susunlah bulu-bulu kedamaiannya, cermati terus rahang persahabatannya. Perkuat punggung optimismenya, dan pertajam selalu kuku-kuku kesabaran miliknya. Biarkan singa ini yang jadi pemenang.

Namun, jangan biarkan “singa-singa” pemarah menguasai pikiran kita. Jangan pernah berikan kesempatan bagi kedengkian itu untuk membesar dan menjadi penghalang keberhasilan. Jangan biarkan rasa pesimis, jiwa yang gundah, tak sabar, dan rendah diri menjadi pemimpin bagi kita.

Imbalan yang kita peroleh adalah gambaran dari apa yang kita berikan hari ini. Lalu, singa mana yang akan kita beri makan hari ini?

*Dikutip dari buku “Kekuatan Cinta” , karangan Irfan Toni Herlambang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar